KONFLIK SYIAH: Di Solo, Tak Ada Masalah Hubungan Syiah dan Umat Lain

Harian Kota Solo - KONFLIK SYIAH: Di Solo, Tak Ada Masalah Hubungan Syiah dan Umat Lain
SOLO – Meski minoritas, jemaat Syiah di Kota Solo mengaku tak pernah mendapat kecaman dari kelompok mayoritas serta kelompok-kelompok lainnya. Melalui silaturahmi yang dibangun dengan umat seagama serta umat berlainan keyakinan lainnya menjadikan jemaat Syiah di Kota Bengawan bisa hidup berdampingan tanpa rasa permusuhan.

Salah satu tokoh Syiah Solo, KPA Sayid Muhammad Adi Nagoro, menuturkan komunikasi tersebut terjalin melalui forum silaturahmi baitul umah. Dijelaskannya, forum tersebut merupakan ajang pertemuan antarpemuka agama di Kota Solo.
Tak hanya kepada umat beragama, jemaat Syiah di Solo juga berusaha menghilangkan eksklusifitas mereka dengan cara membaur bersama lingkungan mereka. Berbagai kegiatan sosial, seperti donor darah dan mengundang kaum marginal yang ada di lingkungan mereka tinggal untuk saling berbagi. Mungkin, kondisi ini bisa dicontoh di daerah lain guna menghindari konflik berlatangbelakang suku ras dan antargolongan (SARA).

Tidak berbicara masalah perbedaan, forum tersebut dijadikan sebagai ajang guna memperkuat silaturahmi antarumat dan antargolongan. “Forum ini sudah berdiri sejak 2006. Ya membahas tentang ukhuwah. Setahun sekali, kami mengadakan pertemuan. Melalui forum ini, sesuatu yang sebelumnya beku bisa mencair setelah kita saling bertemu dan bercengkerama,” terangnya saat ditemui wartawan, di rumahnya, di RT 001/ RW 001, Mertodranan, Pasar Kliwon, Rabu (29/8/2012).

Dijelaskan pria yang menjabat sebagai ketua forum tersebut, perbedaan merupakan suatu keniscayaan. Dijelaskannya, perbedaan itu ada dan seharusnya dimengerti, bukan membuat kondisi antarkelompok yang berbeda keyakinan untuk saling bermusuhan. “Ibarat bangunan, kalau dilihat dari satu sisi tidak terlihat indah. Namun, jika dilihat dari banyak sisi akan menjadikannya lebih indah, seperti itulah pentingnya memahami perbedaan yang ada,” ungkapnya.

Dijelaskan Muhammad, di Soloraya terdapat ribuan pengikut Syiah. Mereka pun mempelajari Syiah secara turun menurun. Mereka mengaku tidak terkekang untuk beraktivitas sesuai dengan keyakinan mereka. Muhammad menuturkan rumahnya kerap digunakan sebagai tempat pertemuan pengikut Syiah. Tak hanya didatangi jemaat Syiah, rumah yang terdapat perpustakaan dan menyimpan tentang berbagai dokumen terkait Syiah itu pun pernah didatangi oleh umat agama lain.

Disinggung konflik di Sampang, Madura, dia pun merasa prihatin. Tak seharusnya konflik yang menyebabkan korban jiwa dari jemaat Syiah itu terjadi. Muhammad pun menyerukan agar seluruh elemen yang ada di Kota Solo merapatkan barisan untuk mempererat silaturahmi. Hal tersebut dilakukan guna mengantisipasi phak-pihak yang berusaha memecah belah umat antargolongan.

Terkait kasus di Sampang, pihaknya berharap pemerintah bisa bertindak sesegera mungkin agar konflik serupa tak terjadi di wilayah lain.


Berita Rabu, 29/8/2012 18:13 - sumber: Solopos

Berita Lainnya:
  • Tinjau Lapangan, Tim Juri Pusat Nilai Solo Hebat!
  • Anggota Grup Senam PMS Ikuti Halalbihalal
  • Kebutuhan Bus Jurusan Timur Masih Tinggi
  • RUDY: Indonesia Kehilangan Sosok Pencetak SDM Berkualitas
  • 2.460 Bus Masuki Terminal Tirtonadi